Blog ini adalah sarana pelampiasan emosi dalam diri ini, kadang marah, sedih, bahagia, dongkol.. dll.
jadi isinya lebih banyak curhatan ajah sih..

Dwi Afrini Risma. Com

Welcome

Maked by a girl who is becoming a woman

Sabtu, 21 Maret 2009

Cinta dan Waktu

Beberapa waktu yang lalu aku pernah membaca sebuah cerita yang sebuah menyentuh sekaligus memberikanku sebuah inspirasi, yah bisa dikatakan begitu lah…
Makanya aku penegn berbagi pada pembaca semua.
Semoga bermanfaat…U(^o^)U

Cinta dan Waktu

Alkisah di sebuah pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda abstrak: ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan, dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan denganbaik.

Namun suatu ketika, datang baia menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenag dan tak punya perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki Cinta.

Tak lama cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu. “Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!” teriak Cinta. “Aduh! Maaf, Cinta!” kata Kekayaan, “perahuku telah penuh dengan harta bendaky. Aku tidak dapat membawamu serta, nanti erahu ini tenggelam. Lagipula tak ada temapt lagi bagimu di perahuku ini.”

Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya. Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. “Kegembiraan! Kegembiraan! Tolong aku!”, teriak Cinta. Namun kegembiraan terlalu gembiran karena ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta

Air makin tinggi membasahi Cinta sa,api ke pinggang dan Cinta semakin panik. Tak lama lewatlah Kecantikan. “Kecantikan! Bawalah aku bersamu!”, teriak Cinta. “Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanati kamu mengotori perahuku yang indah ini”. Sahut Kecantikan.

Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah Kesedihan. “Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu”, kata Cinta. “Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja…” kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, “Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!” Cinta menoleh ke suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya.

Di pulau terdekat, orangtua itu menurunkan Cinta dan segera pergi agi. Pada saat itulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orangtua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya pada seorang penduduk tua di pulai itu, siapa sebenarnya orangtua it “Oh, orangtua tadi? Dia adalah Waktu.” Kata orang itu. “Tapi mengapa ia menyelamatkan aku? Aku tidak mengenalnya. Bahan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku” Tanya Cinta heran. “Sebab,” kata orang itu, “hanya Waktu lah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar