Blog ini adalah sarana pelampiasan emosi dalam diri ini, kadang marah, sedih, bahagia, dongkol.. dll.
jadi isinya lebih banyak curhatan ajah sih..

Dwi Afrini Risma. Com

Welcome

Maked by a girl who is becoming a woman

Minggu, 17 Januari 2010

Mungkinkah Aku seperti ini

Ini kisahku, kisah perjalanan hidupku. Ada cerita tentang cintaku yang selalu kandas. Diusiaku yang sudah menginjak angka 25 tahun, aku sudah memiliki segalanya, karier yang cemerlang, uang, investasi jangka panjang untuk hari tuaku nanti, sebuah apartemen yang kubeli dengan hasil jerih payahku, gelar S2, semuanya… kecuali cinta. Ya, kini aku merasa hampa tanpa seorang kekasih.

Dulu, saat masih berstatus sebagai seorang pelajar dan mahasiswa aku pernah menyukai seorang pria. Tapi cintaku bertepuk sebelah tangan, sejak itu aku benamkan semua hasrat untuk menjalin cinta, mulai saat itu aku bertekad untuk focus ke studi dan karier yang sedang mulai dirintis. Tentu saja dengan keyakinan, suatu saat akan datang pangeran berkuda putih yang akan menjemputku ke pelaminan cinta kami. Yang kuingat saat itu adalah aku selalu sibuk dengan diriku sendiri, tugasku, cita-citaku, dan impianku, dan kuputuskan untuk menantikan kedatangannya.

Hari ini tepat di saat sang pangeranku datang menjemputku, hatiku merasa sedih. Betapa tidak, hari ini aku sadar, bahwa banyak hal indah yang telah aku lewati begitu saja dalam kurun waktu 25 tahun ini. Pertualangan cintaku hanya sia-sia. Karena kini aku sadar, betapa tololnya aku, pangeranku sudah berada di sampingku sejak tujuh tahun yang lalu. Aku lewati dia begitu saja, aku sama sekali tak mengerti arti senyum dan tatapan matanya yang teduh itu, arti semua rinduku untuknya saat kita jauh, arti semua hal yang telah kita alami bersama.

Ya, dia sahabat yang selalu mendukungku atas semua keputusan yang telah aku ambil dalam hidupku, dia selalu memotivasi, menasehati, dan meyakinkanku bahwa aku bisa. Aku kembali mengingat-ingat masa-masa indah tanpa airmata itu dulu. Bodohnya aku baru menyadari bahwa ada rasa yang tak biasa dalam hati ini, setelah bertemu dengannya kembali enam bulan yang lalu setelah terpisah oleh samudera selama tiga tahun demi wujudkan impianku.

Aku masih ingat kala ia menjemputku di bandara, dia menyambutku dengan hangat sekali. Itulah saat pertama kali aku merasakan kehangatan yang berbeda darinya, dia hangat, bahkan lebih hangat dari baju-baju hangat yang pernah aku pakai saat musim dingin tiba di negeri bersalju tempat aku mewujudkan impianku. Tiga tahun berpisah, membuat kami menjadi orang yang berbeda, aku sadar kini aku telah berubah, dan dia juga berubah.

Entah sejak kapan rasa cinta itu terjalin, yang kuingat hanya saat dia mengetuk pintu rumahku dan melamarku melalui kedua orangtuaku, dua bulan setelah kepulanganku di tanah air. Semua berjalan dalam waktu yang singkat. Aku diterima bekerja di perusahaan asing berkat bantuannya dan dukungan orang-orang yang mencintaiku tanpa kenal lelah, tentu saja semua berkat izin Allah. Kesuksesan datang menyambutku. Semua jerih payahku dan doa-doa papa dan mama mengantarkanku ke pintu gerbang kecemerlangan.

Aku kembali mengingat-ingat masa susahku, dia selalu ada menemaniku. Dan kini di hari bahagiaku, dia mendampingiku, duduk bersanding dua denganku. Memandangku dengan penuh rasa cinta, kemudian membisikkan sesuatu di telingaku.

“Istriku, aku sudah menantikan saat ini tepat tujuh tahun sejak aku ketemu kamu untuk pertama kalinya. Istriku, aku telah mencintaimu selama itu tanpa kenal lelah. Aku tak akan pernah melepaskanmu, istriku, cinta pandangan pertamaku”

Aku kaget dan tak mampu berkata apa-apa selain menatap matanya dalam-dalam, hatiku berkata “sesungguhnya, kamulah cinta pertama dan terakhirku”. Semoga Allah menghadiahkan kebahagiaan yang tak pernah berakhir pada biduk rumah tangga yang akan kami labuhkan ke labuhan cinta-Mu dan mengantarkan kami ke syurga-Mu yang penuh kebahagiaan dan keindahan abadi. Terima kasih ya Allah atas semua rahmat-Mu yang tak pernah putus menemaniku. Lucky I’m in love with my best friend.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar