Blog ini adalah sarana pelampiasan emosi dalam diri ini, kadang marah, sedih, bahagia, dongkol.. dll.
jadi isinya lebih banyak curhatan ajah sih..

Dwi Afrini Risma. Com

Welcome

Maked by a girl who is becoming a woman

Minggu, 17 Januari 2010

Selamat Jalan Dodi, selamat jalan sahabatku

“Assalamu’alaikum ukh, kamu yang namanya dwi kan?”, sapa seorang murid laki-laki padaku saat aku akan melangkahkan kaki ke tangga menuju papan madding sekolah. Pada saat itu, sekolah menempatkan madding sekolah di belokan tangga sekolah, maklum lahan sekolah terbatas.

“Waalaikumsalam warahmatullah, akh siapa?”, tanyaku terheran-heran, karena jujur saja aku merasa belum mengenal ataupun melihat dia sebelumnya.

“Dodi, anak 1.4, kelas sore. Suka baca juga ya?”, lanjutnya tanpa rasa sungkan.

“Ya, begitulah kira-kira”, jawabku sekenanya.

“Pantaasss!! Kelihatan sih!”, timpalnya.

“Maksud kamu?”, tanyaku.

“Ya, tampangnya serius, terus pipinya tembam karena kebanyakan baca”, ejeknya yang kemudian berlari meninggalkanku yang kesal karena kata-katanya.

Begitulah pertama kali aku mengenal Dodi, sosok yang periang dan penyayang. Sejak pertemuan itu, aku dan Dodi berteman baik. Setiap pagi jelang masuk kelas kami selalu bertemu di madding sekolah untuk membaca artikel dari teman-teman yang diganti setiap 2-3 kali seminggu. Dodi selalu bertanya padaku gimana caranya memiliki tubuh gemuk seperti aku, karena maklum saja Dodi bertubuh kurus tapi jangkung, namun aku hanya menjawab dengan senyuman atau bilang, “keturunan”. Banyak hal darinya yang membuat hari-hariku di MTs Al-Falah tercinta menjadi lebih berwarna. Dodi selalu bisa bikin aku ketawa di saat tugas sekolah ataupun hapalan-hapalan ayat maupun hadits menumpuk ataupun sudah mendekati deadline.

Setamatnya kami dari MTs, kami melanjutkan langkah untuk mengejar cita-cita kami masing-masing. Aku memilih SMA sebagai jenjang yang harus aku tapaki, sedangkan Dodi memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di SMK. Selama terpisahkan oleh sekolah, sesekali kami berjumpa, sekedar ngumpul-ngumpul dengan teman-teman seperjuangan.
Setelah melewatkan waktu selama 3 tahun di bangku SMA, aku melanjutkan kuliah di ibukota propinsi Riau, Pekanbaru. Sejak itu praktis komunikasi kami terputus, hanya mendapat kabar tentang teman-temanku dari sahabatku Lia atau berpapasan di lampu merah. Baru tepat tiga hari yang lalu tanggal 9 Desember, di saat aku sedang menikmati makan siang yang sudah sangat telat, sekitar jam 5 sore, sebuah sms dari Lia masuk di hpku.

“Innalillahi wa innailahi roji’un. Telah meninggal dunia teman Alumni MTs. Al-Falah yang bernama Dodi Haryanto, pada pukul 4 sore tadi.”

Aku setengah kaget dan setengahnya lagi tertawa. Lelucon apa ini? Aku tak percaya dengan kabar ini. Ada banyak hal yang menjadi alasannya, salah satunya karena sms ini berasal dari Lia yang terkadang suka usil. Kucoba untuk menenangkan pikiranku, dan melanjutkan makanku. Setelah itu aku kembali menelepon Lia. Dari Lia, aku tahu bahwa berita itu benar. Dodi meninggal karena sakit radang paru-paru yang sudah lama dideritanya.

Aku terhenyak, aku kalut, tapi tak setetes air mata pun mampu jatuh mengalir melalui pipi tembamku. Sesaat aku teringat ketika aku bertemu terakhir kali dengannya, tepatnya awal tahun 2009 ini. Dia belum berubah, masih memanggilku dengan “pipi tembam”, satu-satunya yang berubah hanyalah, dia lebih kurus dan terlihat tak sehat.

Pikiranku berkecamuk, sejenak semua ingatan tentang memori masa sekolah kembali terlintas dalam benakku. Aku masih ingat saat tertawa bersama membaca humor di papan madding, caranya menyapaku, senyum tulus nan hangatnya di setiap kali bersua denganku, Dodi yang suka memberikan bunga padaku seusai praktikum biologi (bunganya ternyata nggak dipakai semua untuk praktikum), Dodi yang sering memanggilku “pipi tembam”. Tak akan ada, tak akan pernah aku temui Dodi yang seperti itu lagi.

Kepergian Dodi untuk selamanya, benar-benar membuat aku merasa terpukul dan kembali mengingatkan aku, bahwa kita pasti mati. Sesaat aku merasa sangat kecil, ingat, ada Dzat Yang Maha Besar yang senantiasa menemani dan mencintai kita. Suatu saat kita akan meninggalkan dunia fana ini, sama seperti Dodi dan semua insan yang telah tiada, tapi kapan waktunya?! Tak ada yang tahu pasti. Satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah mempersiapkan diri dengan amal sholeh, memperbanyak pahala, dan mengurangi diri dari perbuatan dosa. Satu tanya kemudian muncul dalam hatiku, seperti lagu almarhum Chrisye, jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah aku bersujud pada Allah?

Selamat jalan Dodi, selamat jalan sahabatku. Maafkan aku tak dapat mengantarkanmu di tempat peristirahatan terakhirmu. Hanya sebuah doa yang mampu aku titipkan untukmu, semoga Allah mengampuni semua dosamu, diberikan tempat terbaik di sisi-Nya, dijauhkan dari siksa alam kubur dan api neraka. Selamat jalan, semoga kamu pergi dengan tenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar